HIPERTENSI
1. Epidemiologi
Hipertensi adalah masalah kesehatan
masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit
degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit
vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan
setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung.
Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan
kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.
2. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang
ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti pompa, sehingga darah terus
mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding pembuluh arteri
atau nadi. Tekanan darah diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu melawan
gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya kekuatan secara
terus – menerus dalam sistem peredaran, darah segar tidak dapat terbawa ke otak
dan jaringan seluruh tubuh.
Tekanan darah yang paling rendah terjadi
saat tubuh dalam keadaan istirahat atau tidur dan akan naik sewaktu latihan
atau berolahraga. Hal ini disebabkan dalam latihan atau olahraga diperlukan
aliran darah dan oksigen yang lebih banyak untuk otot – otot.3 Jika
terdapat hambatan misalnya karena penyempitan pembuluh arteri, tekanan darah
akan meningkat dan tetap pada tingkat yang tinggi,3,4 semakin besar
hambatan tekanan darah akan semakin tinggi.
3. Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan
Darah Diastolik
Di dalam tubuh manusia, tekanan darah
terbagi menjadi dua bagian, yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan yang terjadi bila otot jantung
berdenyut memompa darah keluar melalui arteri. Angka ini menunjukkan seberapa
kuat jantung memompa untuk mendorong darah melalui pembuluh darah. Tekanan
diastolik adalah saat otot jantung berelaksasi, darah kembali masuk ke jantung.
Angka ini menunjukkan berapa besar hambatan dari pembuluh darah terhadap aliran
darah balik ke jantung.4,5
Tekanan darah sangat bervariasi
tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik, emosi dan stress
dan menurun selama tidur. Tekanan darah merupakan hasil dari curah jantung dan
resistensi vaskuler. Sehingga terjadi peningkatan tekanan darah ketika curah
jantung meningkat, resistensi vaskuler perifer bertambah atau karena keduanya.
4. Faktor – faktor yang mempertahankan
Tekanan Darah
Menurut Pearce, faktor – faktor yang mempertahankan
tekanan darah antara lain :
1)
Kekuatan jantung memompa darah sehingga darah dapat beredar keseluruh tubuh dan
kembali ke jantung.
2)
Banyaknya darah yang beredar. Dinding pembuluh darah membutuhkan darah yang
cukup untuk membuat suatu tekanan.
3)
Kekuatan (vaskositas) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel
darah yang beredar dalam aliran darah.
4)
Elastisitas dinding pembuluh darah. Di dalam arteri tekanan lebih besar
daripada vena, sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis daripada vena.
5)
Tekanan tepi (tahanan perifer), yaitu tekanan yang dikeluarkan oleh geseran
darah yang mengalir dalam pembuluh.
6. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer
dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.9
1)
Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.
Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia9. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia
30 – 50 tahun.
2) Hipertensi
sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi
renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.
7. Gejala
Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang
merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari
tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda.
Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala
setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak
dan jantung.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat
berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun
– tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat
spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.18 Gejala lain yang
sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat
di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.9 Apabila
hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena
payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini
dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.
8. Patogenesis
Tekanan darah terutama dikontrol oleh
sistem saraf simpatik (kontrol jangka pendek) dan ginjal (kontrol jangka
panjang).1 Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi
melibatkan perubahan – perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular
perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan
tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik.13
Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang
mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer
meningkat.1 Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal
sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi.
Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk
mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang
meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar
pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti
dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang
menetap.
9. Faktor Risiko Hipertensi
Sampai saat ini penyebab hipertensi
secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko
terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :
- Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa
jika seseorang mempunyai orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka
orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi daripada
orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya
riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan
akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun
dan laki – laki dibawah 55 tahun.
b. Usia
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata
terbukti bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi tekanan
darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin
menurun dengan bertambahnya usia21. Sebagian besar hipertensi
terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada
laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.1 Dengan demikian, risiko
hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya usia.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh
penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex
mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki –
laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan
meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.
d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja
jantung dan menaikkan tekanan darah.Menurut penelitian, diungkapkan bahwa
merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok
sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan
darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut
jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah,
aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah
perifer.
e. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak
abdominal erat kaitannya dengan hipertensi.23 Tingginya peningkatan
tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan. Peningkatan
risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat
badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi.
Tergantung pada masing – masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas
nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler.24
Penurunan berat badan efektif untuk
menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan
tekanan darah secara signifikan.
f. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi
diduga melalaui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan
terhadap stres menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.19
g. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi
dan kurang aktifitas, besar kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan
tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik
yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan
tekanan darah secara langsung.23 Olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun
normotensi.
h. Asupan
1) Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam
cairan extraseluler konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L,
Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan
keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi
otot.
Perpindahan air diantara cairan
ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah
perpindahan air menembus membran semipermiabel ke arah yang mempunyai
konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan
ekstraseluler dan kalium dengan zat – zat organik pada cairan intraseluler,
adalah zat – zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam
menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran.
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari)
diabsorpsi terutama di usus halus.1 Mekanisme penngaturan
keseimbangan volume pertama – tama tergantung pada perubahan volume sirkulasi
efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan
ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan.
Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai
dengan sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium
tubuh total. Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran
darah ke ginjal, disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam
jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na
yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin.
Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar
adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk
mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan
rendah bila konsumsi rendah.
Garam dapat memperburuk hipertensi pada
orang secara genetik sensitif terhadap natrium, misalnya seperti: orang
Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan
setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23
Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan
darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian
hipertensi lebih sering ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan
pencegahan hipertensi masih belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi
diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah.
2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam
cairan intraseluler, cara kerja kalium
adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya
di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian
ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal
dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan
reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan sekresi
aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air
juga penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah
penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium
juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan
bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal
vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh
darah pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan
prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi
rendah kalium.
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat
terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator
dalam regulasi tekanan darah. The joint national Committee on Prevention,
detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan
bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.
Sebagian besar penelitian klinis
menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah.
Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi.
Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk mencegah
kejadian hipertensi.1
4) Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara diet kalsium dengan prevalensi
hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada perempuan ras
Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan kalsium 1500
mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki.
Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak
terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium
dan kalsium untuk pencegahan dan
pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000
sampai 2000mg par hari.1
10.
Penanggulangan hipertensi :
a.
Penatalaksanaan farmakologis
b.
Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)
Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai
pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan
antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup.
10. Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat
dikurangi dengan cara :
Ø Memeriksa
tekanan darah secara teratur
Ø Menjaga berat
badan dalam rentang normal
Ø Mengatur pola
makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan
mengurangi garam.
Ø Hentikan
kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
Ø Berolahraga
secara teratur
Ø Hidup secara
teratur
Ø Mengurangi
stress dan emosi
Ø Jangan
terburu-buru
Ø Mengurangi
makanan berlemak
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar