PENYAKIT STROKE
A.
Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit
neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi
secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak
yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius
karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain itu,
tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan, 2007).
Klasifikasi yang dipakai saat ini (Bustan, 2007) adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan manifestasi klinik
a. Transient Ischemic Attack (TIA), serangan kurang dari 24 jam.
b. Stroke in Evolution (SIE), hilang dalam 2 minggu.
c. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND).
d. Completed Stroke
2. Berdasarkan proses patologik (kausal)
a. Infark
b. Perdarahan Intra Serebral
c. Perdarahan subarachnoidal
3. Berdasarkan tempat lesi
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebrobasiler
B.
Epidemiologi
Stroke ditemukan pada semua golongan usia, namun sebagian besar akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 tahun adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur (Bustan, 2007). Tetapi perempuan, khususnya perempuan yang pada menopause (usia 40-55 tahun) lebih beresiko terserang stroke dibandingkan laki-laki (Utama, 2008).
Kasus stroke meningkat di Negara maju seperti Amerika, dimana kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke (anonym, 2007).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat (anonym, 2008). Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia (anonym, 2007).
Jumlah penderita stroke di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang tercatat sebanyak 56 orang pada Januari dan 63 orang pada Februari 2007. Jumlah ini naik lagi pada Mei hingga mencapai 76 orang (Bintariadi, 2007).
C. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko stroke yang dapat disebutkan, yakni:
1. Umur: Rate meninggi sesuai dengan pertambahan umur.
2. Ras: lebih tinggi black dari white.
3. Seks: lelaki > wanita.
4. Hipertensi: faktor resiko tertinggi dari stroke.
5. Diabetes (> 120mg/100ml): kuat asosiasinya, kapiler rapuh.
6. Penyakit jantung sebelumnya: resiko meninggi sampai 3 x.
7. Atrial fibrilation/TIA: faktor resiko kuat.
8. Obesitas: inconsistent findings.
9. Rokok: tidak ditemukan efek besar, kapiler kaku.
10. Kolesterol dan trigliserida: inconsistent.
Di antara faktor resiko di atas, dapat disebutkan 4 major risk factors dari stroke:
1. Hipertensi
2. Transient ischemic attack
3. Hipercholesterolemia
4. DM
Stroke ditemukan pada semua golongan usia, namun sebagian besar akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 tahun adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur (Bustan, 2007). Tetapi perempuan, khususnya perempuan yang pada menopause (usia 40-55 tahun) lebih beresiko terserang stroke dibandingkan laki-laki (Utama, 2008).
Kasus stroke meningkat di Negara maju seperti Amerika, dimana kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke (anonym, 2007).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat (anonym, 2008). Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia (anonym, 2007).
Jumlah penderita stroke di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang tercatat sebanyak 56 orang pada Januari dan 63 orang pada Februari 2007. Jumlah ini naik lagi pada Mei hingga mencapai 76 orang (Bintariadi, 2007).
C. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko stroke yang dapat disebutkan, yakni:
1. Umur: Rate meninggi sesuai dengan pertambahan umur.
2. Ras: lebih tinggi black dari white.
3. Seks: lelaki > wanita.
4. Hipertensi: faktor resiko tertinggi dari stroke.
5. Diabetes (> 120mg/100ml): kuat asosiasinya, kapiler rapuh.
6. Penyakit jantung sebelumnya: resiko meninggi sampai 3 x.
7. Atrial fibrilation/TIA: faktor resiko kuat.
8. Obesitas: inconsistent findings.
9. Rokok: tidak ditemukan efek besar, kapiler kaku.
10. Kolesterol dan trigliserida: inconsistent.
Di antara faktor resiko di atas, dapat disebutkan 4 major risk factors dari stroke:
1. Hipertensi
2. Transient ischemic attack
3. Hipercholesterolemia
4. DM
D.
Gambaran Klinik dan Diagnosis
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut:
a. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
b. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
c. Penglihatan ganda.
d. Pusing
e. Bicara tidak jelas (rero).
f. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
g. Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
h. Pergerakan yang tidak biasa.
i. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
j. Ketidakseimbangan dan terjatuh.
k. Pingsan
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut:
a. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
b. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
c. Penglihatan ganda.
d. Pusing
e. Bicara tidak jelas (rero).
f. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
g. Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
h. Pergerakan yang tidak biasa.
i. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
j. Ketidakseimbangan dan terjatuh.
k. Pingsan
E.
Mekanisme
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke hemorragik. Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena atherosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung. Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yng normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke (anonym, 2007).
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke hemorragik. Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena atherosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung. Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yng normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke (anonym, 2007).
F.
Pencegahan
Di antara sekian banyak faktor resiko stroke, hipertensi dianggap yang paling berperan. Intervensi terhadap hipertensi dibuktikan mampu mempengaruhi penurunan stroke dalam komuniti. Namun demikian, upaya pencegahan stroke tidak semata ditujukan kepada hipertensi stroke. Ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan empat faktor utama yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan), (Bustan, 2007).
1. Pencegahan Primer
a. Gaya hidup: Reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori, exercise, no smoking, dan vitamin.
b. Lingkungan: Kesadaran atas stres kerja.
c. Biologi: Perhatian terhadap faktor resiko biologis (jenis kelamin, riwayat keluarga), efek aspirin.
d. Pelayanan kesehatan: Health Education dan pemeriksaan tensi.
2. Pencegahan Sekunder
a. Gaya hidup: Manajemen stres, makanan rendah garam, stop smoking, penyesuaian gaya hidup.
b. Lingkungan: Penggantian kerja jika diperlukan, family counseling.
c. Biologi: Pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
d. Pelayanan kesehatan: Pendidikan pasien dan evaluasi penyebab sekunder.
3. Pencegahan Tersier
a. Gaya hidup: Reduksi stres, exercise sedang, stop smoking.
b. Lingkungan: Jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama, pakai wheel-chair) dan familiy support.
c. Biologi: Kepatuhan berobat, terapi fisik dan speech therapy.
d. Pelayanan kesehatan: Emergency medical technic, asuransi.
F. Penanggulangan
Stroke dapat diobati dengan konsep terapi stroke mutakhir. Penderita stroke akan dapat diselamatkan dari kematian dan cacat apabila dilakukan pengobatan yang cepat, tepat dan akurat pada waktu terjadi serangan, khususnya stroke yang bukan pendarahan.
Ada beberapa tahapan terapi stroke, khususnya stroke akut. Tahapan tersebut meliputi pengenalan gejala dan tanda-tanda stroke oleh penderita, keluarga atau orang di sekitar penderita, sistem komunikasi yang baik antara masyarakat dan rumah sakit dan fasilitas pengiriman penderita ke rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa pelayanan ambulans darurat merupakan komponen paling signifikan yang berhubungan dengan kecepatan penderita stroke tiba di rumah sakit.
Yang tidak kalah pentingnya adalah bagian triage dari instalasi gawat darurat, yang harus segera melakukan evaluasi penderita, termasuk pemeriksaan CT Scan kepala, penentuan diagnosis dan rencana penanganan, dan pengobatan umum termasuk tindakan bedah bila diperlukan (Fadilah, 2004).
Di antara sekian banyak faktor resiko stroke, hipertensi dianggap yang paling berperan. Intervensi terhadap hipertensi dibuktikan mampu mempengaruhi penurunan stroke dalam komuniti. Namun demikian, upaya pencegahan stroke tidak semata ditujukan kepada hipertensi stroke. Ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan empat faktor utama yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan), (Bustan, 2007).
1. Pencegahan Primer
a. Gaya hidup: Reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori, exercise, no smoking, dan vitamin.
b. Lingkungan: Kesadaran atas stres kerja.
c. Biologi: Perhatian terhadap faktor resiko biologis (jenis kelamin, riwayat keluarga), efek aspirin.
d. Pelayanan kesehatan: Health Education dan pemeriksaan tensi.
2. Pencegahan Sekunder
a. Gaya hidup: Manajemen stres, makanan rendah garam, stop smoking, penyesuaian gaya hidup.
b. Lingkungan: Penggantian kerja jika diperlukan, family counseling.
c. Biologi: Pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
d. Pelayanan kesehatan: Pendidikan pasien dan evaluasi penyebab sekunder.
3. Pencegahan Tersier
a. Gaya hidup: Reduksi stres, exercise sedang, stop smoking.
b. Lingkungan: Jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama, pakai wheel-chair) dan familiy support.
c. Biologi: Kepatuhan berobat, terapi fisik dan speech therapy.
d. Pelayanan kesehatan: Emergency medical technic, asuransi.
F. Penanggulangan
Stroke dapat diobati dengan konsep terapi stroke mutakhir. Penderita stroke akan dapat diselamatkan dari kematian dan cacat apabila dilakukan pengobatan yang cepat, tepat dan akurat pada waktu terjadi serangan, khususnya stroke yang bukan pendarahan.
Ada beberapa tahapan terapi stroke, khususnya stroke akut. Tahapan tersebut meliputi pengenalan gejala dan tanda-tanda stroke oleh penderita, keluarga atau orang di sekitar penderita, sistem komunikasi yang baik antara masyarakat dan rumah sakit dan fasilitas pengiriman penderita ke rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa pelayanan ambulans darurat merupakan komponen paling signifikan yang berhubungan dengan kecepatan penderita stroke tiba di rumah sakit.
Yang tidak kalah pentingnya adalah bagian triage dari instalasi gawat darurat, yang harus segera melakukan evaluasi penderita, termasuk pemeriksaan CT Scan kepala, penentuan diagnosis dan rencana penanganan, dan pengobatan umum termasuk tindakan bedah bila diperlukan (Fadilah, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2008. Sepuluh Langkah Cegah Stroke. (online).
(http://www.kompas.com/read/php. Diakses 24 Maret 2008).
Anonym. 2007. Stroke Mengancam Usia Produktif. (online).
(http://medicastore.com/stoke. Diakses 24 Maret 2008).
Bintariadi, B., 2007. Penderita Stroke di RSSA Malang Terus
Meningkat. (online). (http://www.tempointeraktif.com. Diakses 27 April 2008).
Bustan, M. N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Jakarta : Rineka Cipta.
Fadilah, H., 2004. 7 Tahapan Terapi Stroke Akut. (online).
(http://www.redaksibi@gemari.or.id. Diakses 30 Maret 2008).
Utama, S., 2003. Resiko Stroke dan Penyakit Jantung
Perempuan Menopause. (online). (http://www.pdpersi.co.id. Diakses 30 Maret
2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar